5G Dorong Pertumbuhan Ekonomi: Kolaborasi Industri Jadi Tantangan Penting
GSMA mengungkap wawasan menarik pada Digital Nations Summit yang digelar di Jakarta, bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO). Acara ini tidak hanya merayakan keinginan Indonesia untuk menjadi salah satu dari lima ekonomi teratas dunia di masa mendatang, tetapi juga menyoroti potensi luar biasa teknologi 5G dalam mendorong inovasi di berbagai sektor seperti manufaktur, pertambangan, dan fintech.
Laporan terbaru dari GSMA, berjudul Mobile Economy Asia Pacific 2024, mengungkap bahwa Indonesia berada di jalur cepat menuju pertumbuhan dalam teknologi seluler. Diperkirakan pada tahun 2030, negara ini akan menjadi pasar telepon pintar terbesar kedua di Asia Pasifik dengan jumlah koneksi mencapai 387 juta. Ini membuka kemungkinan bagi kemunculan berbagai layanan digital baru yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas ekonomi secara signifikan.
5G: Fondasi Transformasi Digital Indonesia
Walaupun 5G masih dalam tahap awal peluncurannya di Indonesia, proyeksi yang optimis menunjukkan bahwa lebih dari 32% koneksi di tanah air akan menggunakan teknologi ini pada tahun 2030. Sekitar 67% koneksi diperkirakan masih menggunakan 4G, dengan 94% populasi mendapatkan akses melalui smartphone. Dr. Ir. Ismail, Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, menekankan pentingnya peta jalan spektrum IMT Indonesia.
"Ini merupakan inti dari strategi transformasi digital kami, yang bertujuan untuk menyiapkan penggunaan layanan-layanan canggih seperti 5G. Membangun kerangka kerja yang komprehensif melalui kolaborasi dengan pemangku kepentingan adalah strategi kunci untuk mewujudkan visi digital Indonesia," tambahnya. Langkah ini diharapkan bisa memberikan fondasi untuk peluncuran 5G yang mulus, yang akan membawa Indonesia menuju posisi pemimpin dalam ekonomi digital global.